HOSANA, DI TEMPAT MAHATINGGI

Minggu, 02 April 2023
PALMARUM 
Jamita: MARKUS 11:1-11
Thema: 
”HOSANA, DI TEMPAT YANG MAHATINGGI”
Syalom…..!!!
Bapak Ibu, Saudara Saudari yang dikasihi Yesus Kristus!!
Sebagai Ilustrasi, 
Ada percakapan antara pak Petani dengan bambu-bambu miliknya yang tumbuh dipekarangan rumahnya ketika musim kering melanda. 
Kata Pak Petani, 
“Bambu, aku membutuhkan pertolonganmu”. 
Jawab bamboo “Sedapat mungkin aku akan menolongmu pak petani”. 
Pak petani melanjutkan pembicaraan, 
“Aku ingin membuat sebuah pancuran agar air bisa mengalir dari sungai yang ada di depan rumah kita disana menuju kebun kita ini”. 
“Oh, tentu boleh pak, bapak bisa mengandalkanku untuk hal itu”, kata bambu. 
Dengan suara yang sedih petani kemudian berkata, “Tetapi, aku harus memotong dan membelahmu sebelum air di sungai itu bisa mengalir dan mengairi kebun kita ini ... .” 

Jika kita adalah bambu itu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Membolehkan pak petani untuk menggunakan kita bahkan dipotong-potong sebagai alat untuk mengairi kebun di masa kekeringan itu, atau ... ? 

Bapak Ibu, Saudara Saudari yang dikasihi Yesus Kristus!!
Untuk merespon dari percakapan Pak Petani dan Bambu tadi, kita baca Injil Tuhan dalam Markus 11 : 1-11.

Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini kita bertemu dengan dilema seperti itu. 
Ketika Tuhan memerlukan sesuatu untuk digunakan-Nya, apakah respon kita? 
Ketika Tuhan berkata, “Tuhan memerlukannya ...” (ayat 3) hambatan awal yang paling mungkin, ada dalam diri para murid. “Bagaimana nanti bila diteriakin maling? 
Apakah perkataan ‘Tuhan memerlukan’ itu cukup untuk membendung teriakan maling? - Ngapain kalian ngambil keledai ku? Tuhan memerlukan! Siapa anda siapa dia sok kenal sama ku! Maliiiiing! 

Akan tetapi para murid yang disuruh itu mau terus maju dan melaksanakan tugas mereka untuk menolong Tuhan. 

Yang lebih hebat lagi adalah mereka yang melihat para murid melepaskan tambatan keledai itu. Mereka bertanya, “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Lalu para murid menjawab tepat seperti yang diperintahkan Yesus, “Tuhan memerlukannya”. Hebatnya adalah respon mereka dalam ayat 6b, “ ... maka orang-orang itu membiarkan mereka”. 

Apa yang terjadi disana sebenarnya? Apa yang terjadi dalam diri para murid dan orang-orang yang melihat para murid melepaskan keledai untuk dibawa kepada Yesus itu? 
Mereka mengerti apa artinya ketika Yesus berkata, “Tuhan memerlukannya”. 

Ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi dari kejadian ini:
1. Yesus menunjukkan ke Tuhana-Nya, sebagai Tuhan yang maha tau, sebab Yesus menyuruh murid-Nya kesuatu tempat yang ada Keledai tertambat, padahal tempat itu belum mereka lalui.
2. Untuk menyatakan nubuatan nabi Zakaria 9:9 Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
3. Untuk keperluan Tuhan, apapun yang kita miliki, baik harta, pangkat/jabatan, kemiskinan (hapogosontai), bahkan nafas kehidupan kita sekalipun, jika Tuhan memerlukanya kita harus siap memberinya.
Di masa kini, ada banyak orang yang bertemu dengan hambatan-hambatan untuk menyanggupi permintaan “Tuhan memerlukan”. “Tuhan perlu, saya juga lebih perlu lagi yang ini!” 
Banyak orang yang melupakan bahwa Tuhan pun sudah berkata, “Aku akan segera mengembalikan” (ayat 3b). 

Dua prinsip yang mau kita pelajari hari ini, 
(1) Prinsip “Memberi dan tak kehilangan; Menyimpan dan kehilangan”. 
Kita bisa memberi dan tak kehilangan dan di sisi lain, sayangnya, kita pun bisa menyimpan dan kehilangan. Lihat saja contohnya lemari makanan kita. 

(2) Prinsip “Rancangan Besar”. 
Jika bambu meragu atas permintaan pak petani untuk menggunakannya sebagai alat untuk mengairi kebun, apalah jadinya kebun pak petani di musim kering itu? 

Jika para murid dan pemilik keledai itu meragu untuk memenuhi permintaan Yesus, apalah jadinya akhir kisah perikop kita ini? 

Jika Pak Petani tahu bahwa satu bambu meragu, dia akan menemukan bambu yang lain. 
Jika murid yang disuruh itu meragu, Yesus akan menyuruh murid yang lain. 

Jika kita meragu hari ini, maka Tuhan akan menemukan orang yang lain yang mempercayainya bahwa melalui apa yang ada dalam diri mereka itu, Tuhan bisa melakukan hal-hal yang besar bagi kemuliaan nama-Nya. 
Rancangan besar Tuhan untuk menyatakan kemuliaan nama-Nya dalam dunia ini tak akan pernah berubah.
Rancangan besar Tuhan Yesus, untuk mengenapi Hosana di tempat mahatinggi, tidak akan pernah terhalangi. 

Yang mungkin berubah adalah tokoh-tokoh yang ada dalam Rancangan Besar-Nya itu untuk menggenapi apa yang ada dalam pikiran-Tuhan Yesus. 

Apakah kita adalah tokoh yang ada di dalam Rancangan Besar Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehidupan kita sekarang ini? 

Bapak Ibu, Saudara saudari yang dikasihi Jesus Kristus!
Nilai manusia: 
Bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. 
Bukan apa yang dia peroleh, melainkan apa yang dia berikan. 
Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuatnya dengan tugas yang diberikan Allah kepadanya.
Amen.
Oleh: St. PB Pakpahan,S.Pd

Minggu, 02 April 2023
PALMARUM 
Kotbah: MARKUS 11:1-11
Thema: 
”HOSANA, DI TEMPAT YANG MAHATINGGI”
Syalom…..!!!
Bapak Ibu, Saudara Saudari yang dikasihi Yesus Kristus!!
Sebagai Ilustrasi, 
Ada percakapan antara pak Petani dengan bambu-bambu miliknya yang tumbuh dipekarangan rumahnya ketika musim kering melanda. 
Kata Pak Petani, 
“Bambu, aku membutuhkan pertolonganmu”. 
Jawab bamboo “Sedapat mungkin aku akan menolongmu pak petani”. 
Pak petani melanjutkan pembicaraan, 
“Aku ingin membuat sebuah pancuran agar air bisa mengalir dari sungai yang ada di depan rumah kita disana menuju kebun kita ini”. 
“Oh, tentu boleh pak, bapak bisa mengandalkanku untuk hal itu”, kata bambu. 
Dengan suara yang sedih petani kemudian berkata, “Tetapi, aku harus memotong dan membelahmu sebelum air di sungai itu bisa mengalir dan mengairi kebun kita ini ... .” 

Jika kita adalah bambu itu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Membolehkan pak petani untuk menggunakan kita bahkan dipotong-potong sebagai alat untuk mengairi kebun di masa kekeringan itu, atau ... ? 

Bapak Ibu, Saudara Saudari yang dikasihi Yesus Kristus!!
Untuk merespon dari percakapan Pak Petani dan Bambu tadi, kita baca Injil Tuhan dalam Markus 11 : 1-11.

Dalam pembacaan Alkitab kita hari ini kita bertemu dengan dilema seperti itu. 
Ketika Tuhan memerlukan sesuatu untuk digunakan-Nya, apakah respon kita? 
Ketika Tuhan berkata, “Tuhan memerlukannya ...” (ayat 3) hambatan awal yang paling mungkin, ada dalam diri para murid. “Bagaimana nanti bila diteriakin maling? 
Apakah perkataan ‘Tuhan memerlukan’ itu cukup untuk membendung teriakan maling? - Ngapain kalian ngambil keledai ku? Tuhan memerlukan! Siapa anda siapa dia sok kenal sama ku! Maliiiiing! 

Akan tetapi para murid yang disuruh itu mau terus maju dan melaksanakan tugas mereka untuk menolong Tuhan. 

Yang lebih hebat lagi adalah mereka yang melihat para murid melepaskan tambatan keledai itu. Mereka bertanya, “Apa maksudnya kamu melepaskan keledai itu?” Lalu para murid menjawab tepat seperti yang diperintahkan Yesus, “Tuhan memerlukannya”. Hebatnya adalah respon mereka dalam ayat 6b, “ ... maka orang-orang itu membiarkan mereka”. 

Apa yang terjadi disana sebenarnya? Apa yang terjadi dalam diri para murid dan orang-orang yang melihat para murid melepaskan keledai untuk dibawa kepada Yesus itu? 
Mereka mengerti apa artinya ketika Yesus berkata, “Tuhan memerlukannya”. 

Ada beberapa hal yang perlu kita garis bawahi dari kejadian ini:
1. Yesus menunjukkan ke Tuhana-Nya, sebagai Tuhan yang maha tau, sebab Yesus menyuruh murid-Nya kesuatu tempat yang ada Keledai tertambat, padahal tempat itu belum mereka lalui.
2. Untuk menyatakan nubuatan nabi Zakaria 9:9 Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
3. Untuk keperluan Tuhan, apapun yang kita miliki, baik harta, pangkat/jabatan, kemiskinan (hapogosontai), bahkan nafas kehidupan kita sekalipun, jika Tuhan memerlukanya kita harus siap memberinya.
Di masa kini, ada banyak orang yang bertemu dengan hambatan-hambatan untuk menyanggupi permintaan “Tuhan memerlukan”. “Tuhan perlu, saya juga lebih perlu lagi yang ini!” 
Banyak orang yang melupakan bahwa Tuhan pun sudah berkata, “Aku akan segera mengembalikan” (ayat 3b). 

Dua prinsip yang mau kita pelajari hari ini, 
(1) Prinsip “Memberi dan tak kehilangan; Menyimpan dan kehilangan”. 
Kita bisa memberi dan tak kehilangan dan di sisi lain, sayangnya, kita pun bisa menyimpan dan kehilangan. Lihat saja contohnya lemari makanan kita. 

(2) Prinsip “Rancangan Besar”. 
Jika bambu meragu atas permintaan pak petani untuk menggunakannya sebagai alat untuk mengairi kebun, apalah jadinya kebun pak petani di musim kering itu? 

Jika para murid dan pemilik keledai itu meragu untuk memenuhi permintaan Yesus, apalah jadinya akhir kisah perikop kita ini? 

Jika Pak Petani tahu bahwa satu bambu meragu, dia akan menemukan bambu yang lain. 
Jika murid yang disuruh itu meragu, Yesus akan menyuruh murid yang lain. 

Jika kita meragu hari ini, maka Tuhan akan menemukan orang yang lain yang mempercayainya bahwa melalui apa yang ada dalam diri mereka itu, Tuhan bisa melakukan hal-hal yang besar bagi kemuliaan nama-Nya. 
Rancangan besar Tuhan untuk menyatakan kemuliaan nama-Nya dalam dunia ini tak akan pernah berubah.
Rancangan besar Tuhan Yesus, untuk mengenapi Hosana di tempat mahatinggi, tidak akan pernah terhalangi. 

Yang mungkin berubah adalah tokoh-tokoh yang ada dalam Rancangan Besar-Nya itu untuk menggenapi apa yang ada dalam pikiran-Tuhan Yesus. 

Apakah kita adalah tokoh yang ada di dalam Rancangan Besar Tuhan untuk menyatakan kemuliaan-Nya melalui kehidupan kita sekarang ini? 

Bapak Ibu, Saudara saudari yang dikasihi Jesus Kristus!
Nilai manusia: 
Bukan bagaimana ia mati, melainkan bagaimana ia hidup. 
Bukan apa yang dia peroleh, melainkan apa yang dia berikan. 
Bukan apa pangkatnya, melainkan apa yang telah diperbuatnya dengan tugas yang diberikan Allah kepadanya.
Amen.
Oleh: St. PB Pakpahan,S.Pd

Komentar

Postingan Populer